Memang melupakan masa lalu bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun kita harus menyadari bahwa masa lalu bukanlah hal yang nyata. Sebuah pepatah bijak dengan jelas mengatakan bahwa hari kemarin telah berakhir tadi malam (yesterday ended last night). Entah kita sukses maupun gagal, itu sudah berakhir tadi malam. Masa lalu adalah sebuah sejarah! Jack Hayford pernah mengatakan the past is a dead issue, and we can't gain any momentum moving toward tomorrow if we are dragging the past behind us. Ya, masa lalu adalah barang mati dan kita tidak mungkin meraih momentum untuk menuju hari esok kalau kita senantiasa menyeret-nyeret masa lalu di belakang kita. Sayangnya, tidak sedikit orang yang masih saja senang (meski tanpa mereka sadari) menyeret- nyeret masa lalu ke mana pun mereka pergi. Mereka ibarat peserta lomba marathon yang berlari dengan kaki terbelenggu rantai dan bola besi atau batu besar. Itulah sebabnya kita perlu bersikap bijak terhadap masa lalu yang kelabu. Willie Jolley pernah mengingatkan kalau memahami masa lalu itu penting supaya kita tidak mengulang kesalahan yang sama. "Jadikanlah masa lalu sebagai tempat bercermin bukan tempat tinggal Anda. Ada alasan kenapa kaca depan mobil selalu lebih besar sedangkan kaca spion lebih kecil. Anda diharap sesekali melihat ke belakang namun tidak terus-menerus melakukan hal itu!" katanya. Ada juga orang bernama James Long yang mengingatkan bahwa salah satu alasan mengapa Tuhan menciptakan waktu adalah agar ada tempat bagi kita untuk mengubur kesalahan masa silam. "One reason God created time was so that there would be a place to bury failure of the past," kata James. Ingatlah selalu bahwa kehidupan terbagi atas tiga waktu yakni masa lalu, saat ini dan masa depan. Akan sangat bijaksana jika kita belajar melupakan masa lalu, mengerjakan hal yang terbaik yang mampu kita kerjakan saat ini demi menggapai masa depan yang lebih baik. Sekelam apa masa lalu kita, masa depan kita seperti kertas putih yang masih sangat bersih. Masa lalu tidak sama dengan masa depan! Barangkali kita bisa mempelajari hal ini dari kehidupan seorang pemuda miskin yang bercita-cita menjadi bintang film. Menurut pengakuannya, ia sempat ditolak sekitar 1.500 kali sebelum dikontrak menjadi bintang film. Setiap kali ditolak, pemuda ini berkata pada dirinya, "Masa lalu tidak sama dengan masa depan. Hari ini tidak diterima, tidak berarti akan ditolak selamanya," kata pemuda tersebut. Tahukah Anda siapa pemuda ini? Dia bernama Sylvester Stallone! Ia berhasil karena tidak bersedia dikalahkan oleh kagagalan masa lalunya. Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa lepas dari belenggu luka, tragedi ataupun beban dari masa lalu? Pengalaman saya mengatakan belajarlah untuk mengakui, memahami, memaafkan dan melupakannya. Barangkali salah satu hal tersulit adalah belajar untuk memaafkan orang yang bersalah kepada kita dan juga memaafkan diri sendiri. Ada orang tertentu yang senang menuliskan pengalaman pahitnya itu dalam sebuah buku dan kemudian membakarnya. Ada juga yang menceritakannya kepada sahabat yang bisa dipercaya memegang rahasia atau menemui seorang konselor untuk memperoleh bimbingan serta penyembuhan. Bagaimanapun kedukaan jika dibagi akan berkurang bebannya. Barangkali cara-cara ini bisa Anda gunakan juga sehingga Anda bisa memerdekakan diri dari penjajahan masa lalu. Yang tidak kalah pentingnya adalah berdoa memohon bantuan Tuhan. Sangat baik jika Anda bersikap jujur dan menceritakan semua perasaan dan luka batin itu kepada-Nya. Tuhan pasti menolong! Perkenankanlah saya mengakhir jumpa kita kali ini dengan nasihat dari guru kepemimpinan Dr. John C. Maxwell: though you cannot go back and make a brand new start, my friend. Anyone can start from now and make a brand new end. Meski Anda tidak bisa kembali dan membuat awal yang baru, sahabatku. Siapapun bisa memulainya saat ini dan membuat akhir yang baru. Selamat tinggal masa lalu! ***
Say Good-bye to Yesterday
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar