Semua orang bisa menjadi orang hebat! Tidak percaya? Simak petuah bijak dari Martin Luther King, Jr. "Setiap orang bisa menjadi orang hebat… karena setiap orang bisa melayani. Anda tidak harus memiliki ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Anda hanya perlu hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang lahir dari kasih," begitu kata pejuang hak asasi manusia ini. Saya tak sedikit pun meragukan ucapan King. Hidup di negeri yang mengakui keberadaan Tuhan membuat saya semakin menyadari hal tersebut. Semua agama di bumi pertiwi ini mengajarkan cinta kepada Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Namun cinta kepada Yang Di Atas juga harus diwujudkan dalam bentuk cinta kepada sesama. "Jikalau seorang berkata, `Aku mengasihi Tuhan,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Tuhan yang tidak dilihatnya," begitu nasihat seorang guru kebijaksanaan. Jadi harus ada keseimbangan antara hubungan vertikal dan horisontal. Bicara mengenai cinta kasih tentu tidak bisa lepas dari pelayanan. Saya selalu teringat kepada Ibu Teresa, seorang manusia biasa yang namanya akan dikenang selamanya. Beliau dengan sabar dan penuh kasih sayang merawat orang-orang kusta selama puluhan tahun hingga akhir hayatnya. Betul-betul sebuah wujud cinta yang tak bersyarat (unconditional love). Ibu Teresa berprinsip melayani sesama, terutama yang mereka yang tersisihkan, adalah melayani Tuhan sendiri. Ia bahkan dengan tegas berkata, "Saya berjumpa Tuhan setiap hari dalam wujud sesama yang menderita." Apa yang dilakukan Ibu Teresa sampai kapan pun tidak akan pernah bisa dihitung (dikonversi) dengan nilai uang. Pelayanannya melampaui itu semua karena betul-betul dari hati yang tulus. Suatu ketika Ibu Teresa pernah menolong seorang yang penuh luka berulat di tubuhnya. Pria itu diselamatkan Ibu Teresa dari antara puing-puing di selokan. Ibu Teresa merawatnya dengan penuh kasih sehingga pria ini berkata, "Saya telah hidup seperti binatang di jalanan tetapi saya akan meninggal seperti malaikat yang dikelilingi dengan cinta dan perhatian." Tak lama kemudian dengan wajah penuh senyum ia pun menghembuskan napas terakhirnya. Dalam bukunya In The Heart of The World, Ibu Teresa memberikan kesaksian tentang pria ini. "Sungguh luar biasa menyaksikan kebesaran seorang manusia yang bisa bicara seperti itu, yang dapat meninggal tanpa mengutuk siapa pun, tanpa menyerang siapa pun, tanpa membuat perbandingan apa pun. Dia meninggal seperti malaikat," kata penerima Nobel Perdamaian ini. Siapa pun bisa menjadi manusia hebat karena siapa pun bisa melayani. Saya tidak mengatakan kita harus menjadi seperti ibu Teresa, karena kita bisa melayani di mana pun kita berada. Pandanglah sekeliling kita dan bantulah orang-orang yang memang membutuhkan uluran tangan kita. Buatlah mereka bahagia. Mungkin saja orang itu adalah adik yang perlu disuapi, orang tua yang perlu dihibur atau membantu meringankan pekerjaan rumah. Hati saya sangat tergetar manakala membaca sebuah cerita dalam buku tentang Ibu Teresa berjudul Ungkapan Hati Ibu Teresa. Begini kutipannya: Beberapa tahun lalu, Kalkuta mengalami bencana kekurangan gula. Pada suatu hari, seorang anak kecil berumur empat tahun datang menemui saya bersama orang tuanya. Mereka membawakan saya sekaleng kecil gula. Ketika mereka menyerahkannya kepada saya, anak kecil itu berkata, "Saya sudah tiga hari tidak makan gula. Ambilah ini untuk anak-anakmu." Anak kecil itu mengamalkan cinta dengan sepenuh hati. Ia mengungkapkan cintanya dengan sebuah pengorbanan diri. Saya ulangi: dia berusia tidak lebih dari tiga atau empat tahun. Dia malah hampir tidak bisa mengucapkan nama saya. Saya tidak mengenalnya; saya belum pernah bertemu dengannya. Juga saya belum pernah bertemu dengan orang tuanya. Anak kecil itu melakukannya setelah ia mendengar dari orang-orang dewasa tentang keadaan saya. Cerita sederhana itu menghentak kesadaran saya bahwa pelayanan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang usia, agama, ras, strata sosial, dsb. Tidak mudah memang. Saya sendiri pun terkadang mengalami kendala. Kendala yang paling berat adalah ego. Sikap mementingkan diri sendiri. Seorang sahabat lama pernah mengajarkan saya satu filosofi hidupnya. "Kalau saya tidak bisa menguntungkan orang lain maka saya akan berusaha sekuat tenaga agar jangan sampai merugikan dia," katanya. Melayani memang bukan perkara mudah. Ia tidak segampang mengedipkan mata. Beberapa jam lalu, seorang sahabat saya, Mardianawati yang berkecimpung dalam dunia asuransi mengirimkan sebuah SMS yang sangat indah kepada saya, "Smile is the melody of the soul. Work is the service of the spirit. Love is the gift of the heart. Have a day full of smiles, good work & love. God Bless You." Sebuah pesan yang akan menjadi jauh lebih indah jika bisa kita praktekkan. *** Sumber: Menjadi Orang Hebat oleh Paulus Winarto. Paulus Winarto adalah pemegang dua Rekor Indonesia dari MURI (Museum Rekor Indonesia), yakni sebagai pembicara seminar pertama yang berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunya diluncurkan di angkasa.
Menjadi Orang Hebat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar