Warna Dan Kepribadian Seseorang

Kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian ilmu jiwa bisa diasosiasikan dengan sifat pembawaan orangnya. Sebagai contoh seseorang yang menyukai warna merah akan menunjukkan bahwa orang tersebut bersifat ekstrover, pribadi yang integratif dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan dunia, orang yang penuh vitalitas, lebih dikuasai oleh dorongan hatinya.
Untuk penyakit mental dan penyakit jiwa, merah diasosiasikan dengan kecenderungan yang berlebih-lebihan (maniak).
Faber Birren mempunyai pengalaman tentang warna kuning. Ia menghubungkan warna kuning dengan gangguan jiwa yang ekstrem, yaitu jenius atau lemah pikiran. Selain itu warna kuning juga disukai oleh orang yang mempunyai suatu pembawaan intelektual. Dengan kata lain warna kuning adalah warna intelektual, baik hubungannya dengan intelijensia yang tinggi maupun yang mempunyai kecenderungan berlebihan. Contoh seniman yang berlebihan adalah Vincent Van Gogh. Ia mengekspresikan warna kuning pada lukisan-lukisan terkenalnya di saat-saat akhir hayatnya.
Warna hijau sering menjadi pilihan orang yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi, mempunyai kesempatan banyak bicara, dan selera makan yang tinggi. Bagi psikoneurotik dan psikotik, hijau merupakan warna kesukaan. Orang yang mempunyai warna hijau bila sedang dalam tekanan tidak akan merasa jadi hukuman yang terasing. Sebaliknya mereka akan mencari jalan ke luar dan mencari teman.
Faber Birren berpendapat bahwa orang yang mempunyai sifat narsisis (mengagumi diri sendiri) pada umumnya menyukai warna biru kehijauan. Orang yang menyukai warna biru keunguan biasanya bersifat pemilih, sensitif, dan diskriminatif.
Warna biru diasosiasikan dengan schizophrenia (sejenis penyakit jiwa). Orang yang menyukai warna biru mempunyai kepribadian integritas ke dalam. Di bawah tekanan, orang yang menyukai warna biru akan menuju kepada pelarian tragis dari lingkaran. Karakter orang yang menyukai warna coklat berdasarkan psikoanalisa Freud adalah keras kepala, cermat, teliti, dan seksama.
Masih ada beberapa aspek lagi mengenai kesukaan orang terhadap warna. Orang yang ramai, ramah, dihubungkan dengan warna jingga. Orang yang sifatnya artistik suka akan warna merah keunguan (purple). Seseorang yang menyukai warna merah maroon mempunyai sifat berdisiplin tinggi. Orang yang agresif, ulet berjuang, dan keras, terbawa warna merah muda. Baginya warna merah muda merupakan harapan dan kelembutan yang tidak disadarinya.
Warna telah dipelajari sebagai alat penyembuh penyakit (mempunyai nilai terapi). Akhir abad 19 Edwin D. Babbit, melancarkan suatu anjuran penyembuhan penyakit dengan mempergunakan warna. Doktrinnya tentang keselarasan antara warna fisik dan warna yang terpancar dari jiwa seseorang (warna psikis) telah menyebar luas. Efek-efek psikologi warna kemudian diolah untuk digunakan pada interior gedung-gedung sekolah, rumah sakit, dan pabrik-pabrik. Para ahli yakin bahwa warna yang tepat akan mempermudah belajar, menyembuhkan penyakit, dan meningkatkan gairah kerja untuk meningkatkan produksi.
Secara umum cahaya terang dan warna hangat memberikan kecenderungan organisme manusia kepada aktivitas yang langsung keluar dan mengambil peranan, memperlihatkan atraksi yang merangsang. Cahaya yang lebih lembut dengan warna sejuk akan menunjukkan sikap lebih mundur, menarik diri, membawa seseorang kepada sikap introspeksi, maka warna yang sejuk akan mundur bahkan membunuh aktivitas.
Telah disebutkan bahwa warna mempengaruhi suasana hati serta temperamen seseorang. Sebagai contoh: Pada waktu musim hujan sebagian orang memilih pakaian berwarna cerah untuk mengimbangi udara yang mendung dan redup, tetapi sebagian lagi memakai warna gelap untuk menyelaraskan diri dengan langit yang suram. Hal tersebut menunjukkan ada dua temperamen manusia yang berbeda. Yang seorang bersifat ekstrover dan yang lainnya bersifat introver. Bila diadakan penelitian yang benar dapat ditarik kesimpulan terakhir, warna apa yang paling cocok untuk suatu musim, sehingga nanti dapat dijadikan ilham bagi pendesain pakaian untuk menentukan warna yang tepat untuk suatu musim.
Secara mutlak tentu tidak ada warna yang mempunyai nilai intrinsik, walaupun sifat pribadi seseorang dapat diteliti. Beberapa ahli menaksir sifat-sifat kepribadian seseorang dihubungkan dengan nilai simbolis warna, yang lainnya menganalisis nilai simbolisnya dalam sitilah tingkah laku. Asosiasi psikologis terhadap warna merupakan ikatan budaya suatu masyarakat tertentu yang telah menjadi kesepakatan bersama. Sebagai contoh tentang nilai simbolis warna putih. Dalam kebiasaan Barat, warna putih diasosiasikan sebagai suci, lugu, murni. Warna putih digunakan pada pakaian pengantin gadis yang baru menikah sebagaimana halnya kebiasaan di Jawa Barat. Sebaliknya di Cina warna putih adalah warna duka cita, sementara pengantin wanitanya justru memakai warna merah seperti di India, karena melambangkan kegairahan.
Rupanya seluruh warna spektrum telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi manusia. Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Marian L. David (1987: 135), sebagai berikut:
Merah
:
cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya,
dosa, pengorbanan, vitalitas.
Merah jingga
:
semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, gairah.
Jingga
:
hangat, semangat muda, ekstremis, menarik.
Kuning jingga
:
kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka.
Kuning
:
cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, pengkhianatan.
Kuning hijau
:
persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau muda
:
kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat,
tenang.
Hijau biru
:
tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru
:
damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan diri,
ikhlas.
Biru ungu
:
spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah
hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.
Ungu
:
misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia).
Merah ungu
:
tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat
:
hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah
hati.
Hitam
:
kuat, duka cita, resmi, keahlian, tidak menentu.
Abu-abu
:
tenang.
Putih
:
senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang.
Dalam aktivitas manusia, warna membangkitkan kekuatan perasaan untuk bangkit atau pasif, baik dalam penggunaan interior maupun untuk berpakaian, mulai dari kegairahan sampai kepada yang santai. Birren melaporkan hasil penelitiannya bahwa warna mempengaruhi detak jantung, aktivitas otak, pernafasan, dan tekanan darah. Sifat kewanitaan maupun sifat kejantanan seseorang juga dapat diungkapkan melalui warna. Wanita lebih menyukai warna hangat, warna pastel, dan warna lembut. Pria lebih menyukai warna-warna yang tegas, tua, sejuk dengan intensitas yang kuat. Kebudayaan Barat menyatakan warna merah sebagai lambang wanita dan warna biru sebagai lambang pria, tetapi konotasi ini dapat berbeda pada kebudayaan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar