Kita tentu sering sekali mendengar istilah persepsi, ilusi,   maupun halusinasi. Pada ilmu kejiwaan, kata-kata tersebut sangat akrab  bagi  mereka yang berkecimpung di dalamnya. Tapi apa sebenarnya  persepsi, ilusi, dan  halusinasi ditinjau dari sisi kejiwaan ?  
Persepsi adalah  hasil interaksi  antara dua faktor, yaitu faktor rangsangan sensorik  yang tertuju kepada individu  atau seseorang dan faktor pengaruh yang  mengatur atau mengolah rangsangan itu  secara intra-psikis.  faktor-faktor pengaruh itu dapat bersifat biologis,  sosial, dan  psikologis. Karena adanya proses pengaruh-mempengaruhi antara kedua   faktor tadi, di mana di dalamnya bergabung pula proses asosiasi, maka  terjadilah  suatu hasil interaksi tertentu yang bersifat "gambaran  psikis".  
Ilusi adalah suatu persepsi  panca indera yang  disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan  secara  salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu   rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan  perasaan  yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik  daun-daun sebagai  suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada  saat terjadinya ketakutan  yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi,  baik yang  disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika  dan zat adiktif.  
Ilusi terjadi dalam bermacam-macam  bentuk, yaitu ilusi  visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan),   gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan).  
Halusinasi  adalah persepsi panca  indera yang terjadi tanpa adanya rangsangan pada  reseptor-reseptor panca indera.  Dengan kata lain, halusinasi adalah  persepsi tanpa obyek.  
Halusinasi merupakan suatu gejala  penyakit  kejiwaan yang gawat (serius). Individu mendengar suara tanpa adanya   rangsangan akustik. Individu melihat sesuatu tanpa adanya rangsangan  visual,  membau sesuatu tanpa adanya rangsangan dari indera penciuman.   
Halusinasi sering dijumpai pada  penderita    Schizophrenia dan    pencandu narkoba.  Halusinasi juga dapat terjadi pada orang normal,  yaitu halusinasi yang terjadi  pada saat pergantian antara waktu tidur  dan waktu bangun. Hal ini disebut  halusinasi hypnagogik.   
Bermacam-macan bentuk halusinasi  
Halusinasi akustik  (pendengaran)
Halusinasi ini sering berbentuk :
Halusinasi ini sering berbentuk :
-    Akoasma, yaitu suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas
 -     Phonema, yaitu suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat kalimat tertentu
 
Halusinasi visual (penglihatan)
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
Halusinasi  olfaktorik (pembauan)
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya.
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderitanya.
Halusinasi gustatorik (pengecap)
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik.
Halusinasi gustatorik murni jarang dijumpai, tetapi sering terjadi bersama-sama dengan halusinasi olfaktorik.
Halusinasi taktil (perabaan)
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat terlarang.
Halusinasi haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat sering dijumpai pada pencandu narkoba.
Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya, mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Halusinasi  autoskopi
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
Penderita seolah-olah melihat dirinya sendiri berdiri di hadapannya.
Penderita Schizophrenia sangat perlu  dikasihani karena  penderitaan yang dialaminya. Tetapi mengapa banyak orang  memilih untuk  mengubah hidupnya yang indah dan berharga dengan memakai narkoba  dan  mengalami berbagai macam gangguan kejiwaan yang serius ? Tak seorangpun  yang tahu ...  
Tidak ada komentar:
Posting Komentar