Ciri-ciri manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis:
Munafik
Di  depan umum kita mengecam kehidupan seks terbuka atau setengah terbuka,  tapi kita membuka tempat mandi uap, tempat pijat, dan melindungi  prostitusi. Banyak yang pura-pura alim, tapi begitu sampai di luar  negeri lantas mencari nightclub dan pesan perempuan kepada bellboy  hotel. Dia mengutuk dan memaki-maki korupsi, tapi dia sendiri seorang  koruptor. Kemunafikan manusia Indonesia juga terlihat dari sikap asal  bapak senang (ABS) dengan tujuan untuk survive.
Segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya
Atasan  menggeser tanggung jawab atas kesalahan kepada bawahan dan bawahan  menggeser kepada yang lebih bawah lagi. Menghadapi sikap ini, bawahan  dapat cepat membela diri dengan mengatakan, ”Saya hanya melaksanakan  perintah atasan.”
Berjiwa feodal
Sikap  feodal dapat dilihat dalam tata cara upacara resmi kenegaraan, dalam  hubungan organisasi kepegawaian. Istri komandan atau istri menteri  otomatis menjadi ketua, tak peduli kurang cakap atau tak punya bakat  memimpin. Akibat jiwa feodal ini, yang berkuasa tidak suka mendengar  kritik dan bawahan amat segan melontarkan kritik terhadap atasan.
Masih percaya takhayul
Manusia  Indonesia percaya gunung, pantai, pohon, patung, dan keris mempunyai  kekuatan gaib. Percaya manusia harus mengatur hubungan khusus dengan ini  semua untuk menyenangkan ”mereka” agar jangan memusuhi manusia,  termasuk memberi sesajen. ”Kemudian kita membuat mantra dan semboyan  baru, Tritura, Ampera, Orde Baru, the rule of law, pemberantasan  korupsi, kemakmuran yang adil dan merata, insan pembangunan,” ujar  Mochtar Lubis.
Dia melanjutkan kritiknya, ”Sekarang kita membikin  takhayul dari berbagai wujud dunia modern. Modernisasi satu takhayul  baru, juga pembangunan ekonomi. Model dari negeri industri maju menjadi  takhayul dan lambang baru, dengan segala mantranya yang dirumuskan  dengan kenaikan GNP atau GDP.”
Artistik
Karena  dekat dengan alam, manusia Indonesia hidup lebih banyak dengan naluri,  dengan perasaan sensualnya, dan semua ini mengembangkan daya artistik  yang dituangkan dalam ciptaan serta kerajinan artistik yang indah.
Tidak hemat, boros, serta senang berpakaian bagus dan berpesta
Dia  lebih suka tidak bekerja keras, kecuali terpaksa. Ia ingin menjadi  miliuner seketika, bila perlu dengan memalsukan atau membeli gelar  sarjana supaya dapat pangkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar